Semua orang di dunia ini berharap hal-hal yang penuh kebaikan dan harapan terjadi di masa depan mereka.
Namun, walaupun keinginan itu tercapai, ajal selalu menantikan kita pada akhirnya. Semua orang tidak mau mengakui hal tersebut, namun ketika kita memahami fenomena yang alami itu secara mendalam, dapat dikatakan kita memang menjalani kehidupan secara normal. Karena ada ujungnya, kehidupan kita menjadi terasa lebih berharga. Itulah asal muasal umat manusia memperhatikan upacara perpisahan dengan orang-orang yang wafat. Di upacara seperti itu, musik tidak dapat dikecualikan. Ada yang berpendapat musik tidak perlu di upacara pemakaman, namun di dunia Barat, ada lagu yang dilantunkan dalam misa penghibur roh, yaitu 'Requiem.' Di Korea, ada ‘Sangyeo Sori.' Seluruh penduduk desa memikul peti mayat 'Sangyeo' dan mengikutinya sambil melantunkan lagu. Lagu itu berisi doa bagi orang yang meninggal dan memberikan dukungan bagi orang yang ditinggalkan.
Di masa lalu, seseorang lahir di rumah dan mengakhiri kehidupannya di rumah adalah hal yang wajar. Namun, di masa modern ini, banyak yang lahir di rumah sakit dan juga menyelesaikan upacara berkabung di rumah sakit. Setelah upacara itu selesai, kita menjalani kehidupan biasa kembali, seakan-akan kematian tidak ada di dunia ini. Karenanya, tidak begitu banyak kesempatan untuk membayangkan kematian dan memikirkan kehidupan kita secara mendalam. Namun, di masa lalu, seluruh penduduk desa mengikuti semua proses mulai dari mengangkat peti mayat hingga menuju tempat pemakaman.
Orang tua di masa lalu mengatakan dunia bawah ada di luar pintu rumah
Anak remaja, jangan tertawa melihat rambut putih si tua
Apakah kamu berpikir kamu tidak akan menjadi tua?
Rambut putih mendatangiku tanpa disadari, walaupun terus berdoa jangan menghampiri
Sambil melantunkan dan memperdengarkan lagu seperti itu, anak-anak kecil juga mengetahui adanya kematian di dunia ini, dan kalangan muda juga akan menyadari mereka sendiri pasti akan menjadi tua. Karenanya, mereka memiliki kesempatan memikirkan kembali arah hidupnya. Lagu yang menggetarkan hati seperti itu terasa sangat mengesankan bagi orang yang melantunkannya atau bagi orang yang mendengarkannya, meski baru mendengarkannya satu kali saja. Dan, kenangan itu dijadikan sebagai kesenian.
Kematian terasa sangat menyedihkan dan menyakitkan hati, namun orang yang ditinggalkan harus berlanjut menjalani kehidupannya. Bagi keluarga yang ditinggalkan, masyarakat Jindo, Jeolla Selatan melakukan permainan istimewa yang dinamakan 'Dasiraegi' di tengah berlangsugnya upacara pemakaman. Sehari sebelum peti mayat dibawa ke tempat pemakaman, orang-orang melantunkan lagu dan teater yang lucu.
Jika orang-orang yang berkumpul di halaman melantunkan sejumlah nyanyian, para pelawak menyajikan teater. Setelah semuanya tertawa terbahak-bahak, mereka akan memikul peti mayat kosong dan berputar-putar di halaman seolah-olah peti mayat sebenarnya yang mereka bawa. Itulah persiapan bagi keluarga yang ditinggalkan untuk berpisah dengan orang yang meninggal dan sekaligus melatih memikul peti mayat yang akan dibawa pada hari berikutnya. Hal seperti itu cukup menghibur keluarga yang ditinggalkan karena semuanya mengikuti pertemuan terakhir dengan orang yang dicintai secara bersama-sama.
Cre dit : kbsworld
Comments
Post a Comment
Terima Kasih sudah memberikan komentar dihalaman IniSajaMo